Senin, 27 Januari 2014

Mengupas 4 Suplemen Rahasia




Shutterstock
 - Hidup sehat di masa kini rasanya sudah tidak cukup. Kita juga perlu mengupayakan pencegahan agar terhindar dari penyakit di masa mendatang. Penyakit yang dimaksud bukan sebatas infeksi kuman atau serangan jantung, melainkan dalam aspek yang lebih menyeluruh, seperti pikun (demensia), keropos tulang (osteoporosis), dan segelintir masalah-masalah akibat penuaan. Saya yakin, kita sekalian menginginkan badan sehat, bugar, dan lancar menjalankan aktivitas sehari-hari hingga lanjut usia nanti, bukan?

Sering muncul pertanyaan, “suplemen apakah yang baik untuk kesehatan? Sekarang ini saya sehat, tidak sedang mengalami penyakit apa pun, tapi ingin agar daya tahan tubuh tetap terjaga dan fit hingga usia tua”. Pertanyaan itu akhirnya dijawab oleh Dr. Mehmet Oz, seorang ahli bedah jantung yang sering tampil di acara televisi. Setidaknya, ia membeberkan suplemen yang juga dikonsumsinya selama ini.

Menurut Dr. Oz, ada 4 suplemen yang perlu dikonsumsi agar tetap sehat dan terhindar dari penyakit. Pertama ialah multivitamin. Kedua ialah vitamin D, karena multivitamin yang ada saat ini kebanyakan tidak menyertakan vitamin D di dalamnya. Bila multivitamin sudah menyertakan vitamin D, maka tidak diperlukan lagi ekstra vitamin D.
Berikutnya ialah omega-3 atau minyak ikan. Dan yang terakhir adalah kalsium dan magnesium. Empat suplemen tersebut sering juga disebut Dr. Oz Ultimate Supplements.

Mari kita bahas apakah 4 suplemen tersebut memang penting dan bermanfaat untuk jangka panjang? Dan apakah kita, yang notabene orang Indonesia, juga perlu mengomsumsi suplemen tersebut? Berikut ulasannya.

Perlukah Multivitamin Selamanya?

Patut diketahui bersama bahwa sejatinya suplemen itu benar-benar dibutuhkan apabila tubuh mengalami kekurangan (defisiensi). Kekurangan vitamin C, maka konsumsilah ekstra vitamin C. Jadi teoritis suplementasi (di atas dosis kebutuhan) tidak diperlukan. Fakta ini memang masih kontroversi hingga sekarang, bahkan di tengah kalangan dokter dan peneliti sekalipun.

Telah banyak studi yang mencoba membuktikan dan mencari fakta sebenarnya. Salah satu jawaban yang terbaik datang dari American Journal of Clinical Nutrition (Am J Clin Nutr) tahun 2013 ini. Penelitian tersebut merupakan meta-analisis yang menilai puluhan studi besar yang telah ada. Dalam hirearki literatur kedokteran, meta-analisis adalah bentuk metode yang paling tinggi bobotnya.

Studi tersebut mencoba melihat, apakah suplementasi multivitamin dan multimineral pada orang sehat dapat memberikan manfaat yang berarti, bila ditinjau dari sudut kematian (mortalitas)? Bila benar bermanfaat, maka setiap orang (sehat maupun sakit) perlu mengonsumsi multivitamin. Namun tak ayal hasilnya kurang memuaskan. Ternyata, tidak ada perbedaan antara konsumen vitamin dengan kelompok yang tidak mengonsumsi suplemen.

Vitamin D dan Kalsium

Seyogyanya, vitamin D berperan dalam meningkatkan penyerapan kalsium. Dan seperti yang marak diberitakan, kalsium adalah komponen penting (bahan baku) penyusun tulang. Konsumsi kalsium secara tepat sangat bermanfaat untuk mencegah keropos tulang di kemudian hari. Jadi secara logika, kombinasi vitamin D-kalsium, bahkan dengan magnesium, akan sangat bermanfaat.

Dr. Oz juga mengatakan bahwa konsumsi vitamin D dan kalsium sangat perlu, terutama bagi populasi negara barat yang kurang terpapar sinar matahari. Alasan ini mungkin dapat dibenarkan, mengingat angka kadar vitamin D rendah (insufisiensi) untuk individu negara Barat cukup tinggi.

Istilah “insufisiensi” digunakan untuk mendeskripsikan tahap antara normal dan defisiensi. Namun, akhir-akhir banyak studi yang melaporkan kaitan berbagai penyakit, baik pada anak, dewasa, atau usia lanjut, pada kondisi insufisiensi vitamin D ini.

Alasan kedua, semakin tua usia seseorang, maka memang terjadi penurunan kadar vitamin D ini. Proses penuaan melibatkan penurunan fungsi sistem organ (kulit, pencernaan, hati, dan ginjal) yang mengatur metabolisme vitamin D. Dan di negara maju, yang notabene memiliki sarana-prasarana kesehatan sangat baik, porsi kelompok usia lanjut (≥65 tahun) menjadi sangat banyak. Bahkan, ada negara yang diprediksikan penduduk usia lanjutnya akan lebih banyak ketimbang kelompok usia muda.

Konsumsi vitamin D sebenarnya telah banyak diteliti dan terbukti memberikan efek positif lain untuk segelintir penyakit, seperti jantung, kanker, dan penyakit degeneratif. Pada orang tua yang sering mengalami keropos tulang, konsumsi vitamin D telah terbukti mampu menguatkan tulang dan otot sehingga mengurangi angka kejadian jatuh (fall) dan patah tulang (fracture).

Sekilas memang menarik untuk mengonsumsi vitamin D. Namun ingat, penelitian-penelitian saat ini masih terbatas pada populasi negara barat yang sering insufisien vitamin D. Untuk populasi Indonesia, studi yang ada hanya terbatas pada kelompok usia tua dan/atau dengan osteoporosis. Jadi, belum ada bukti vitamin D dan kalsium untuk populasi muda dan sehat.

Apakah vitamin D dan kalsium selalu aman? Tentu saja tidak. Efek yang sangat dikhawatirkan adalah hiperkalsemia (tingginya kadar kalsium dalam darah). Hiperkalsemia dapat menyebabkan gangguan irama jantung yang mengancam nyawa. Demikian halnya dengan kadar magnesium yang berbahaya bila terlampau tinggi.

Kesimpulannya untuk saat ini sama seperti poin 1, suplemen itu benar-benar dibutuhkan apabila tubuh mengalami kekurangan. Mungkin yang menjadi pertanyaan selanjutnya, “Apakah saya yakin memiliki kadar vitamin D dan kalsium yang normal?”

Omega-3 dan Minyak Ikan

Berbeda dengan multivitamin dan multimineral, omega-3 dan minyak ikan ditujukan untuk mencegah penyakit jantung koroner dan memperbaiki profil kolesterol.

Penyelidikan dimulai dari adanya fakta bahwa orang-orang yang sering mengonsumsi ikan lebih jarang mengalami serangan jantung. Setelah ditelusuri, barulah diketahui adanya omega-3 EPA dan DHA yang tinggi pada ikan dan minyak ikan. Omega-3 termasuk asam lemak rantai panjang tidak jenuh (polyunsaturated fatty acid/PUFA). Jenis asam lemak tak jenuh lainnya ialah MUFA (monounsaturated fatty acid), yang banyak ditemukan pada minyak canola dan minyak olive.

Sebaliknya, diet tinggi asam lemak jenuh (saturated fatty acid) terbukti berkaitan dengan peningkatan kolesterol LDL dan kolesterol total, yang diklaim sebagai faktor risiko penyakit jantung koroner.

Jadi, PUFA sebenarnya sangat diperlukan dalam menu makanan sehari-hari. Di samping meningkatkan PUFA, kita juga perlu menghindari asam lemak jenuh.

Perlu diketahui, sumber makanan PUFA yang digoreng dengan marganin akan mengubah struktur asam lemak menjadi trans-fatty acid. Asam lemak trans- ini pun harus hindari.

Sebagai kesimpulan akhir, kita harus berhati-hati dan selektif dalam mengonsumsi suplemen. Tidak semuanya perlu, dan tidak semuanya aman. Meski penting, hidup sehat hingga tua  juga tidak melulu dari pola makan. Hidup sehat juga perlu didukung dengan olahraga dan pikiran yang sehat.

Salam sehat untuk kita semua!

0 komentar:

Posting Komentar